Di sudut Gampong Cot Trueng, Aceh, lahir seorang ulama yang penuh dedikasi dan karismatik, Tgk. H. Muhammad Amin Daud, atau dikenal dengan panggilan Ayah Min. Lahir pada 27 September 1958, Ayah Min telah mencatatkan jejak dalam sejarah pendidikan Islam, kehidupan masyarakat Aceh, serta bidang politik.
Tgk. H. Muhammad Amin Daud adalah anak dari Tgk. Daud bin Luwi dan Cut Hafsah binti Tgk. Abu Bakar. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan dasar dimulainya di Bungkah (1967-1973) sebelum melanjutkan studi di Dayah MUDI Samalanga hingga tahun 1993. Di bawah bimbingan Abon Abdul Aziz, Ayah Min mengembangkan pemahaman mendalam tentang ilmu agama yang membentuk pondasi kuat dalam perjalanan hidupnya.
Pada tahun 1990, Ayah Min menikah dengan Subhiah binti Tgk. H. M. Yahya Tanjongan Samalanga, dan dikaruniai lima anak perempuan. Pada 21 Juni 1993, beliau menghadapi tantangan besar untuk mendirikan Dayah Raudhatul Ma’arif di Cot Trueng atas permintaan masyarakat setempat yang mendambakan pendidikan agama berkualitas. Berlokasi strategis di pinggir jalan Banda Aceh-Medan, dekat lapangan olahraga dan laut, dayah in1i berkembang pesat menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Aceh. Dengan jumlah santri yang mencapai ribuan putra dan putri serta ratusan pengajar, Dayah Raudhatul Ma’arif telah menarik perhatian santri dari berbagai daerah, bahkan luar negeri.
Ayah Min dikenal tidak hanya karena kepemimpinannya dalam pendidikan agama, tetapi juga karena inovasinya. Di Ma’had Aly Raudhatul Ma’arif Cot Trueng, Aceh Utara, beliau memperkenalkan konsentrasi Takhassus Fiqh Siyasah Wa Qanun, yang berfokus pada politik dan perundang-undangan. Inovasi ini mencerminkan visi Ayah Min yang luas dan kemampuannya untuk menyesuaikan pendidikan agama dengan kebutuhan zaman modern. Konsentrasi ini membekali santri dengan pemahaman mendalam tentang fiqh politik dan perundang-undangan, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dalam bidang hukum dan politik dengan perspektif Islam yang kuat.

Ayah Min Bersama Penulis, Mustafa Woyla dan Umar Rafsanjani di salah satu hotel di Banda Aceh, ketika Ayah Min Jadi Pemateri.
Saat ini, Ayah Min menjabat sebagai Pimpinan Dayah Raudhatul Ma’arif Al-‘Aziziyyah dan juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi keagamaan. Beliau merupakan Wakil Rais ‘Am Majelis Syuriah PB Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2023-2028 dan Ketua Umum Pengurus Pusat Tastafi Pusat periode yang sama. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Tastafi Pusat, Ayah Min dilantik oleh Abu Mudi pada prosesi pelantikan yang diadakan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada 26 November 2023.
Ayah Min juga merupakan anggota Dewan Muhtasyar MPP PAS, dengan visi partai yang berfokus pada Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dalam politik. Beliau percaya bahwa ulama memiliki peran penting dalam politik untuk membimbing dan memberikan arahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam pandangannya, keterlibatan ulama dalam politik harus diorientasikan pada kepentingan umum dan bukan pada proyek-proyek pribadi. Ia menyerukan agar pokir ulama digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan kepentingan masyarakat luas, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Ayah Min berkomitmen untuk memperbaiki citra politik ulama dengan menghindari praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat, seperti fee proyek atau komisi yang tidak sesuai dengan visi Partai PAS Aceh. Ia mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana publik dan proyek-proyek pemerintah. Menurutnya, kehadiran ulama dalam politik harus memberikan dampak positif dan menjadi teladan dalam menjalankan amanah politik.
Dalam bidang politik, keberhasilan Ayah Min juga sangat mencolok. Di zonanya, Ayah Min berhasil mengiring pemilih dan calon anggota dewan dari partai PAS meraih kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sebanyak lima kursi dari wilayah dan zona lintasannnya, serta menempati posisi nomor dua dalam pemilihan di kabupaten. Keberhasilan ini menunjukkan pengaruh dan dukungan yang luas dari masyarakat.
Dalam bidang ekonomi, Ayah Min aktif dalam usaha ayam broiler, ternak, dan perikanan, bahkan memasok produk ke warung-warung internasional. Kesibukan ini menunjukkan sisi lain dari Ayah Min yang tidak hanya fokus pada pendidikan dan keagamaan, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kehidupan sehari-harinya diwarnai dengan sikap tawadhu’ dan penghormatannya terhadap berbagai kalangan, baik senior maupun junior. Beliau dikenal komunikatif dan membangun hubungan baik dengan murid, teman sejawat, dan mitra.
Ayah Min juga kerap mengisi kajian, bahtsul masail, dan seminar di berbagai tempat, baik di Aceh maupun di luar daerah. Dengan segala dedikasi dan kontribusinya, Ayah Min tetap menjadi teladan bagi banyak orang dalam aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik. Dalam usia yang ke-68 tahun, beliau terus memberikan inspirasi dan arah bagi masyarakat Aceh dan sekitarnya. [Mustafa Woyla – Umar Rafsanji]