Oleh Tgk Mustafa Husen Woyla, S.Pd. I
Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh dan Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee – Aceh Besar.
Alquran adalah kalamullah yang qadim diturunkan Allah kepada nabi akhir zaman Muhammad SAW dengan lafadh dan makna secara bertahap selama 23 tahun sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya dan menjadi petunjuk bagi segenap makhluk mukallaf dari jin dan manusia sampai kiamat kelak.
Di dalam alqur’an banyak mengisahkan kaum terbaik dan kaum yang paling dimurkai Allah, juga para raja adil dan raja yang paling dhalim seperti Fir’aun dan Qarun.
Bahkan alquran mengisahkan keluarga kecil Ibrahim dan lukmanul hakim.
Artinya, semua paket lengkap gambaran dari kehidupan manusia dan juga kehidupan setelah kematian juga setelah kebangkitan, ada dalam alquran sebagai ibrah dan pedoman bagi umat nabi Muhammad SAW, oleh sebab itu jika dibaca justru banyak berupa kisah-kisah umat terdahulu berbanding dengan ayat al-ahkam hanya 200 dari ribuan ayat.
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa ayat pertama turun adalah tentang perintah iqra’ (bacalah), para ulama menafsiri iqra’ dalam berbagai tahapan, 1. Iqra’ ayat secara lisan saja, 2. Iqra’ lafadh dan makna, 3. Iqra’dalam bentuk tafsir yang luas menurut disiplin ilmu dan ke 4. Iqra’ dalam bentuk pengamalan seluruh pesan-pesan yang ada dalam alquran.
Iqra’ pertama dan kedua inilah yang balas sepuluh pahala karena berbentuk ‘ubudiyah (ibadah), adapun ketiga berpahala jariyah tanpa batas karena itu tugas para ahli dibidangnya yang menghasilkan bermacam panduan hidup dunia berupa Aqidah, fikih dan akhlak sesuai panduan alquran yang datang dari Sang Pencipta Alam Semesta.
Cara memposisikan diri ketika membaca alquran
Ketika membaca al-quran afdhalnya diiringi membaca terjemahan bagi orang ‘ajami ( non arab) atau tidak mampu berbahasa Arab. Idealnya juga meresapi seluruh pesan-pesan yang ada dalam bacaanya.
Dan posisikan diri pada titik terendah, adakah seperti dalam pesan dimaksud, bukan malah menghindar, sok suci, oh ini ayat ini bukan untuk saya, tapi lebih tepat untuk tetangga saya, teman kerja saya, atau siapalah yang bukan diri kita, kita malah sok suci di depan kalam suci kalamullah.
Walaupun terkadang kita baik, namun alangkah bagusnya kita khawatirkan masuk dalam golongan yang buruk dan dimurkai Allah, karena jika benar kita masuk, kita perbaiki diri, namun jika merasa suci tidak pernah bersalah, justru bahaya, khawatir dimurkai Allah ada satu sifat Tuhan malah ka tangui ( kita pakai) yakni, Suci dan ‘ujub (merasa diri hebat). Merasa diri hebat ini hanya sifat TUHAN YANG MAHA KUASA dan MAHA SUCI dan itu dilarang dalam agama islam.
Misal ayat, ketika membaca ayat tentang perilaku orang munafik, seolah kita diposisi itu, sehingga juga dianjurkan membaca perlindungan ketika berjumpa dengan ayat azab dan kisah-kisah buruk yang dimurkai Allah, dianjurkan baca doa khusus untuk berlindung dari azab, keburukan dan murkai-Nya.
Membaca ayat tentang kebesaran Allah kita ucap tasbih dan tahmid, membaca tentang nikmat dan rahmat, kita doakan bisa menggapainya. Dido’akan baik dengan doa ma’tsurat (yang ada panduan dari nabi dan sahabat) atau dengan doa khusus dari kita masing-masing.
Terakhir, adab membaca alquran adalah dan ini paling bahaya, yakni ayat yang tujukan kepada orang kafir justru kita alamatkan kepada saudara muslim seiman, ini lebih mengirikan kesalahpahamannya terhadap cara membaca dan menafsiri alquran, karena dikhawatirkan kita terjebak menjadi kaum takfiri.
Jadi, kita sangat dianjurkan tersinggung ketika membaca alquran, demi untuk memperbaiki diri, bahagia di akhirat kelak, bukan malah merasa suci di hadapan kalam ilahi tapi justru dimurkai Allah.